Enjoy with the magic flower!

My Lovely Sister

mylovelysister

 

Title : My Lovely Sister

Author : Littlelily

Cast : Suzy, Jiyeon

Genre : You can find it by see the poster

Rating : T+

Length : Ficlet

 

No copas, No plagiaris, No bash!

Poster by Aidentop@HSG

18th December, 2013 – Sepasang suami istri ditemukan tewas di dalam rumahnya. Diduga, kasus ini adalah sebuah tindak kriminal dengan motif yang belum bisa dipastikan.

—–o0o—–

“You’re my lovely sister”

—–o0o—–

 

Jiyeon mendesah ketakutan saat mendapati sebuah kotak kecil diatas meja riasnya. Entah itu adalah kiriman keberapa yang ia terima dalam kurun waktu sebulan terakhir ini. Syukur jika itu adalah barang barang mahal dari brand dengan merek terkenal. Well, kau bisa membayangkan betapa tersiksanya Jiyeon ketika ia membuka kotak itu. Tentu ia akan terlonjak kaget saat mendapati sebuah pergelangan tangan yang putus disana. Terlebih lagi, tangan itu masih menggeliat layaknya seekor ikan yang berada didaratan.

Dengan cepat Jiyeon membuang kotak itu. Suaranya sudah cukup habis untuk mengeluarkan teriakan yang melengking. Sekarang, saraf-sarafnya seakan kehilangan fungsi untuk mengirim sinyal ataupun sensor ke otak. Terlalu takut. Bagaimana jika seseorang tiba tiba datang dan membekap mulutnya dengan kasar?

Suara barang yang terjatuh kembali menarik perhatian Jiyeon. Gadis itu kembali mengedarkan pandangannya. Berharap jika tidak ada hal-hal aneh lagi yang terjadi pada dirinya. Bagaimana mungkin, sebuah tempat yang seharusnya menjadi ruangan berisi privasinya tiba tiba menjadi menakutkan seperti ini?

Jiyeon meraih sebuah gunting didalam laci meja belajarnya. Niatnya, ia ingin berjaga jaga dari bahaya apapun yang bisa datang kapan saja.

Jiyeon juga mendekati pintu kamar mandinya. Membukanya dengan tangan yang sangat dingin dan juga gemetar.

Hampir saja pintu itu terbuka dengan sempurna, jika saja suara dentuman itu semakin keras. Jiyeon berpikir jika suara itu bukanlah berasal dari kamar mandi. Melainkan dari suatu tempat.

Kamar adiknya, Suji!

—–o0o—–

“SUJI!”

Jiyeon akhirnya meloloskan suara melengkingnya. Gadis itu membelalak saat melihat Suji berlumur darah dikamarnya. Tubuh adiknya memang berwarna merah, tetapi bukan dari dirinya sendiri. Aroma darahnya terlalu menyengat. Jiyeon bisa menyimpulkan jika pemilik darah di tubuh Suji telah meninggal sejak beberapa hari yang lalu.

Jiyeon berlari mendekati tubuh Suji yang meringkuk disamping ranjang. Keadaannya benar benar sedikit aneh –entah itu bisa dibilang aneh atau mengerikan–. Suji mendongakkan kepalanya untuk menatap Jiyeon. Seringai setannya terlontar saat matanya menangkap ekspresi takut bercampur khawatir di wajah Jiyeon.

“Kenapa berteriak eonni?”

Jiyeon yang tadinya sangat dekat, kini sedikit menjauh melihat ekspresi Suji, “A-apa yang terjadi denganmu?”

“Aku kenapa? Apa aku terlihat aneh?” Suji tertawa. Ia mengangkat tubuhnya sendiri untuk berdiri.

“D-darah. Ini milik siapa?” Jiyeon gemetar saat melihat jejak darah itu dimana mana. Pandangannya mengedar searah dengan bercak bercak darah kering dilantai.

Suji sendiri lebih memilih untuk menari-nari diatas ranjangnya. Tertawa layaknya ia telah memenangkan sesuatu yang benar benar berharga, bernyanyi layaknya orang sakit jiwa, atau bahkan, sesekali ia mengacak rambutnya frustasi dan tersungkur lemah disana. Kejadian itu selalu berulang seperti siklus.

“S-suji-ya,” panggil Jiyeon lirih.

Hatinya sedikit teriris melihat keadaan Suji. Gadis itu sedikit terganggu kejiwaan serta kelarasan otaknya sejak beberapa bulan terakhir. Tidak ada yang menyangka jika gadis pemalu seperti Suji bisa menjadi se-hyper ini. Jiyeon sedikit merasa bersalah atas berubahnya sosok Suji yang ia kenal. Ia adalah kakak sulung. Seharusnya ia bisa menjaga Suji.

“Suji..,” lirih Jiyeon kembali.

“Maafkan aku,” Jiyeon menunduk.

“Kenapa kau melakukannya padaku, eonnie?” Suji bertanya dengan diiringi oleh isakan dan sesenggukan.

Jiyeon menggeleng. Mulutnya kaku, bahkan untuk menjelaskan semuanya. Ia memilih untuk tetap menunduk dan bergumam, “Aku tidak tahu. Maafkan aku, Suji. Maafkan aku.”

“Kau mengambil semuanya dariku, eonnie. Appa. Eomma. Kau merebut mereka! Dan sekarang, kenapa kau merebut Myungsoo-ku?!” Teriaknya. Suji meraih lampu tidur berbentuk keropi disamping ranjangnya, dan melemparkannya kearah Jiyeon. Ia menangis terisak. Jiyeon sendiri menghindar saat lampu itu hampir mengenai kepalanya.

“S-SUJI!”

“Seharusnya aku membunuhmu lebih awal! Seharusnya aku menyingkirkanmu sejak kau menyukai Myungsoo-ku! Seharusnya aku tidak pernah membiarkanmu mengenal Myungsoo lebih jauh!! Bajingan!”

“KAKAK MACAM APA KAU INI? APA KAU TIDAK BISA MELIHAT ADIKMU BAHAGIA?!” Suji menyambung kalimatnya dengan sebuah teriakan marah bercampur sakit hati. Ia menarik keluar lacinya. Merogoh dan meraih gunting dari dalam sana. Gadis itu menyeringai.

Suji perlahan berjalan mendekati Jiyeon. Jangan lupakan mengenai pisau yang ada dalam genggamannya, “Dan aku tidak akan menyianyiakan kesempatan ini lagi!”

(Suji’s Pov)

Aku berjalan mendekati Jiyeon. Entah kenapa aku sangat membenci gadis dihadapanku. Dari kecil, ia selalu merebut segalanya dariku. Ia merebut perhatian kedua orang tuaku! Kedua orang tua bangka itu selalu membandingkan kekuranganku dengan kelebihan Jiyeon. Aku membencinya! Entah itu dari segi fisik, maupun emosional. Aku tidak tahu apa yang mereka lihat dari gadis yang hanya bisa memakai eyeliner tebal dimatanya. Jelas jelas, aku merasa lebih baik dibandingkan dia.

Lama kelamaan, melihat Jiyeon menderita adalah kesenangan tersendiri bagiku. Kau tahu? Aku sangat pandai dalam memanipulasi suatu keadaan. Dan bodohnya, semua orang percaya jika Jiyeon benar benar berlaku buruk kepadaku. Sejujurnya, aku sedikit merasa bersalah. Tetapi rasa benciku kepadanya menyurutkan perasaan itu.

Bukan hanya Jiyeon. Semua orang yang merebut kebahagiaanku akan selalu berakhir dengan akhir yang sama. Kau mau tahu? Orang tuaku adalah bukti nyatanya.

Aku membunuhnya saat liburan musim dingin yang lalu. Aktingku yang benar benar sempurna berhasil membuat pembantuku –Kim ahjumma– mendekam dipenjara. Haha. Aku hebat kan?

Kembali pada situasi awal. Aku semakin mendekati Jiyeon dengan gunting dalam genggamanku. Menyenangkan saat melihatnya ketakutan. Tetapi apa yang kurasakan belum sebanding dengan ketakutannya.

Bisa bisanya dia merebut kekasihku?

Berkata seolah olah ia tidak tahu jika Myungsoo adalah milikku. Munafik!

“S-suji-ya. Maafkan aku,” Jiyeon menunduk dan meringkuk disudut kamarku. Dasar bodoh. Bagaimana bisa aku memaafkannya, jika pada kenyataan, Myungsoo itu sudah mati! Tidakkah dia sadar, apa penyebab dari hilangnya Myungsoo sejak beberapa minggu yang lalu? Aku membunuhnya! Haha! Mereka benar benar bodoh. Darah di kamarku? Oh, bukan. Itu bukan milik Myungsoo. Itu milik sahabatku Soojung. Sebenarnya, aku tidak pernah berniat untuk membunuh gadis baik itu. Tetapi ocehannya mengenai perbuatanku kepada Myungsoo benar benar memuakkan. Aku sudah mencoba untuk menyuruhnya berhenti. But, dia tetap mengoceh dihadapanku. Dan jadilah ia seperti boneka kayu yang tak berbentuk didalam kamarmandiku.

“Maaf? Kau terlambat, eonnieku sayang,” Aku tersenyum.

“Sujii—,” Kini suara Jiyeon terdengar tertahan.

(Back to Author’s Pov)

“Sujii—,” Kini suara Jiyeon terdengar tertahan.

Ketakutan membuatnya tidak sadar. Tidak sadar jika Suji sedari tadi sudah berada dihadapannya dan bersiap untuk menusuk tepat diantara sela-sela tulang rusuknya. Dan rasa sakit yang segera menjalar disekujur tubuhnya membuat Jiyeon sadar, jika Suji telah tertawa layaknya seorang setan disana.

Suji kembali menghujam tubuh Jiyeon dengan guntingnya. Sesekali bahkan terdengar sebuah suara retakan tulang dari tubuh Jiyeon yang sedikit mengenaskan.

“Akkh—, S-suji.. H-hentikan!” Teriak Jiyeon saat Suji mengganti gunting yang menancap di dada Jiyeon dengan sebuah palu yang datang entah dari bumi bagian mana.

Jiyeon semakin berteriak tertahan, dengan penuh harapan bahwa seseorang bisa mendengarnya, lalu datang menolongnya.

Tawa Suji semakin menggelegar di seluruh sudut ruangan berbau amis itu.

“Apa kau menikmati prosesi kematianmu. Eonnie? Kesan terakhir yang indah, kan?”

Suji menarik dan menjambak rambut Jiyeon hingga akhirnya gadis itu mati ditangan adiknya sendiri. Suji kembali tersenyum evil. Tangan Suji kini mengarah ke wajah Jiyeon.

“Cih, Apa yang mereka banggakan dari wajah seperti ini?”

Suji bangkit dan menatap dirinya dihadapan cermin, “Aku bahkan lebih cantik darinya.”

Hanya beberapa detik ia berdiri disana. Pandangannya kembali tertuju pada Jiyeon. Tubuh gadis itu berlumuran darah sekarang. Bukannya apa. Saat selesai menghujam tubuh Jiyeon, Suji meraih darah itu dan melumurkannya ke tubuh Jiyeon.

Suji menarik pisau yang juga ia gunakan untuk menikam kakaknya. Ia mengarahkan pisau itu ke wajah Jiyeon. Mengiris dan menguliti wajah gadis dihadapannya memiliki sensasi tersendiri bagi Suji. Terlebih lagi saat ia mencungkil kedua bola mata Jiyeon. Kau tahu? Suji bahkan memotong bola-bola itu layaknya memotong mentimun. Bisa kau bayangkan betapa mengerikannya adegan itu? Ditambah lagi dengan seringaian-seringaian yang ia layangkan.

“Eonnie, Aigoo. Kau sangat cantik sekarang!” Suji tersenyum.

Sesaat ia mempoutkan bibirnya, “Tetapi aku belum puas. Bagaimana jika aku memasak dagingmu? Mungkin aku bisa menjadi cantik dan memiiliki segala hal yang kau miiliki. –walaupun kenyataannya aku masih lebih baik ketimbang dirimu.”

Seperti yang ia katakan, Suji segera berlari ke dapur, lalu kembali ke kamar itu dengan sebuah pisau besar yang terlihat mengilap. Ia mulai dari memotong lengan Jiyeon. Memotongnya menjadi beberapa dadu kecil. Jangan melupakan ekspresi menakutkan Suji saat melakukannya.

“Aku menyayangimu, Eonnie. Jaljayo. Hihi,” Suji tersenyum.

Dengan tangan yang masih banjir akan darah, Suji menyeringai, “Kau adalah kakak tersayangku.”

Bukankah itu akhir yang tragis?

—–o0o—–

18th April, 2014 – Mayat seorang lelaki (diperkirakan berumur sekitar 21 tahun) di temukan pada area parkir salah satu apartemen. Nam Woohyun sebagai salah satu saksi yang menemukan mayat itu berkata, bahwa mayat laki-laki itu penuh dengan tusukan pisau dimana-mana. Bahkan, sebagian organ tubuhnya hilang. Tim forensik dan kepolisian menduga jika motif dari kasus pembunuhan ini adalah perdagangan organ tubuh manusia.

24th April, 2014 – Lagi, dua mayat seorang gadis kembali ditemukan membusuk pada sebuah kamar apartemen dengan letak yang sama pada tempat ditemukannya mayat laki-laki beberapa waktu yang lalu. Polisi menduga jika ini adalah kasus pembunuhan berantai –dan juga perdagangan organ. Rata-rata mayat yang ditemukan memiliki jenis organ hilang yang sama.

27th April, 2014 – Seorang gadis berusia 19 tahun ditemukan tewas di jalan raya sehabis loncat dari gedung dengan ketinggian lebih dari 100 meter. Kasus ini murni sebagai bunuh diri.

 

~fin~

7 responses

  1. moon

    Ahhh gila ngeri bangett suzy sereem

    17 Juli 2014 pukul 1:02 PM

    • suzy serem tapi cantik, nahloh._.

      makasih yaa udh ninggalin jejak^^

      19 Juli 2014 pukul 10:58 AM

  2. ellyz

    holaa..
    reader baru..
    woo..
    suzy eon bnr2 ngeriin..
    tapi aku suka… yg ff zy eon yg rada2 pyscho..

    17 Juli 2014 pukul 2:22 PM

    • hai:D salam kenal yaa ^^
      aku juga bikin ff ini karena mikir, kayaknya keren kalau suzy dijadiin psycho._. wkwk

      makasih udah ninggalin jejak^^

      19 Juli 2014 pukul 10:58 AM

  3. kateejung

    Hai lagi XD ini ff psycho ya? ❤ kerennn, suzy-nya bikin aku cengo(?) bikin yang lebih psycho lagi yak ('-')9 /maksa hihi ._.

    20 Juli 2014 pukul 4:00 AM

  4. ya ampun serem banget nih ff. bikin merinding..

    27 November 2014 pukul 12:28 PM

  5. keren thor!!^^

    30 Mei 2015 pukul 11:31 AM

Tinggalkan komentar